
Rukun dan Tata Cara Shalat Jenazah
Shalat
jenazah meski jarang dilakukan, perlu kita ketahui rukun dan tata cara
melaksanakannya. Meski hukumnya fardhu kifayah (kewajiban kolektif), shalat ini
tetap dianjurkan bagi siapa pun yang mengetahui kematian saudara Muslimnya.
Untuk
itu kita perlu mengetahui hukum dan tata cara melaksanakan shalat jenazah agar
shalat menjadi sah. Secara teknis tata cara shalat jenazah berbeda dengan tata
cara shalat pada umumnya, karena tidak ada gerakan ruku’, i’tidal, dan
sujud.
Syekh
Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Tausyih ala Ibni Qasim menjelaskan
secara ringkas tentang rukun-rukun dalam melaksanakan shalat jenazah ini.
1. Niat.
Niat
ini dilafalkan dalam hati dan harus bersamaan dengan pelaksanaan takbiratul
ihram, seperti halnya yang berlaku dalam melaksanakan niat pada shalat fardhu.
Adapun lafal niat melakukan shalat jenazah secara sendirian dan jenazah
berkelamin laki-laki adalah sebagai berikut:
أُصَلِّيْ عَلٰى هٰذَا الـمَيِّتِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli
‘alâ hâdzal mayyiti fardlan lillâhi ta’âlâ
Artinya:
Aku niat shalat atas jenazah (laiki-laki) ini fardhu karena Allah ta’âlâ.
أُصَلِّيْ عَلٰى هٰذِهِ الـمَيِّتَةِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli
‘alâ hâdzihil mayyitati fardlan lillâhi ta’âlâ
Artinya:
Aku niat shalat atas jenazah (perempuan) ini fardhu karena Allah ta’âlâ.
Ketika
shalat jenazah berjamaah dan menjadi makmum, maka melafalkan niat berikut ini,
baik jenazah laki-laki ataupun perempuan:
أُصَلِّيْ
عَـلٰى مَنْ صَــلّٰى عَلَيْهِ الْإِمَـــامُ مَـــأْمُومًا فَرْضًا لِلّٰهِ
تَعَالَى
Ushalli
‘alâ man shalla ‘alaihil imâmu ma’mûman fardlan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: Aku niat
shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah ta’âlâ.
2.
Berdiri.
Shalat
jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri, sebab shalat jenazah tergolong
shalat fardhu, sedangkan setiap shalat fardhu wajib dilaksanakan dengan cara
berdiri. Namun bila seseorang tidak mampu berdiri, maka ia dapat melaksanakan
shalat jenazah dengan cara duduk, seperti halnya ketentuan yang terdapat dalam
shalat lima waktu.
3.
Takbir
empat kali.
Termasuk
dalam hitungan empat takbir adalah takbiratul ihram. Shalat jenazah menjadi
tidak sah jika jumlah takbir yang dilakukan kurang dari empat takbir.
Disunnahkan ketika membaca takbir agar mengangkat kedua tangan sejajar dengan
dua pundak, persis seperti yang dilakukan tatkala shalat lima waktu.
4.
Membaca
Surat al-Fatihah.
Membaca
Surat al-Fatihah dilakukan setelah takbir pertama (takbiratul ihram). Sebaiknya
dalam membaca Surat al-Fatihah agar suara dilirihkan, sekiranya bacaan tetap
terdengar oleh dirinya sendiri, meskipun shalat jenazah dilakukan di malam
hari. Disunnahkan sebelum membaca Surat al-Fatihah agar membaca ta’awwudz
menurut qaul ashah (pendapat terkuat), tapi tidak disunnahkan untuk membaca doa
iftitah. Shalat jenazah sebaiknya dilakukan secara ringkas, sedangkan doa
iftitah dianggap terlalu panjang untuk dibaca dalam shalat jenazah (Syekh Ibnu
Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 1, halaman 342).
5.
Membaca
Shalawat.
Bacaan
shalawat ini dibaca setelah takbir kedua. Bacaan minimal shalawat yang
mencukupi dalam sahnya shalat jenazah adalah sebagai berikut:
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allâhumma
shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad.
Artinya:
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.
Sedangkan
bacaan shalawat yang paling sempurna adalah bacaan Shalawat Ibrahimiyah, yakni
shalawat yang dibaca ketika tasyahud akhir dalam shalat fardhu lima waktu,
berikut bacaannya:
اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيِّدِنَا مُحَـمَّدٍ، وَعَلٰى آلِ سَـيِّدِنَا مُحـَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَـــلٰى سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيمَ، وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا
بَارَكْتَ
عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَــالَمِينَ
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allâhumma
shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ shallaita
‘alâ sayyidinâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhim, wa bârik ‘alâ sayyidinâ
Muhammad, wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ sayyidina Ibrâhîm
wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhîm fil ‘âlamîna innaka hamîdun majîd.
Artinya:
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi
Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi
keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi
Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha
Terpuji dan Maha Agung.
6.
Mendoakan
jenazah.
Mendoakan
jenazah ini dilakukan setelah takbir ketiga. Adapun minimal bacaan doa ketika
jenazah berkelamin laki-laki adalah sebagaimana berikut:
اَللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لَهُ
Allâhumaghfir
lahu
Artinya:
Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki).
Sedangkan
minimal bacaan doa ketika jenazah perempuan adalah membaca doa berikut:
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهَا
Allâhumaghfir
lahâ
Artinya:
Ya Allah, ampunilah dia (perempuan).
Jika
ingin membaca doa yang lebih sempurna, maka ketika jenazah berkelamin laki-laki
maka dianjurkan membaca doa berikut:
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَـلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَـــاءِ
وَالثَّـلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَـقِّهِ مِنَ الْخَـطَــايَا كَمـَا نَـقَيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِـنَ الدَّنَسِ، وَأَبْـدِلْهُ
دَارًا خَيْرًا مِـنْ دَارِهِ، وَاَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْــلِهِ، وَزَوْجًـا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ
وَأَعِذْهُ مِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ وَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
Allâhummaghfir
lahu warhamhu wa ‘âfihi wa‘fu anhu wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkhalahu
waghsilhu bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihi minal khathâyâ kamâ
naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhu dâran khairan min dârihi
wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min zaujihi wa adkhilhu
al-jannata wa a’idzhu min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr
Artinya:
Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia. Muliakanlah
tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es.
Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang
putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia),
keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari
pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari
siksa kubur dan siksa neraka.
Sedangkan
ketika jenazah berkelamin perempuan, maka dianjurkan membaca doa berikut ini:
اَللّٰهُمَّ اغْفِـرْ لَها وَارْحَمْهَا وَعَـافِهَا وَاعْــفُ عَنْهَا، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا، وَوَسِّـعْ مَــدْخَلَهَا
،وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَـقِّهَا مِـنَ الْخَــطَايَا كَمَا نَـقَيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ
الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا، وَاَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْـلِهَا، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا
وأَدْخِلْهَا الْجَنَّةَ وَأَعِذْهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
Allâhummaghfir
lahâ warhamhâ wa ‘âfihâ wa‘fu anhâ wa akrim nuzulahâ wa wassi’ madkhalahâ
waghsilhâ bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihâ minal khathâyâ kamâ
naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhâ dâran khairan min dârihâ
wa ahlan khairan min ahlihâ wa zaujan khairan min zaujihâ wa adkhilhâ
al-jannata wa a’idzhâ min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr
Artinya:
Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia.
Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air,
salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik
dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan
yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan
lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.
Ketika
selesai membaca doa di atas, dilanjutkan dengan takbir yang keempat. Setelah
takbir keempat ini, disunnahkan untuk membaca doa berikut ini. Untuk
jenazah laki-laki:
اَللّٰهُمَّ
لَا تَحرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَاتَفْتِنَّا بَعدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ
Allâhumma
lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu
Artinya:
Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan)
bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.
Untuk
jenazah perempuan:
اَللّٰهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهَا وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهَا
وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهَا
Allâhumma
lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ
Artinya:
Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan)
bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.
7.
Membaca
salam.
Membaca
salam ini dilakukan setelah melaksanakan takbir yang keempat dan setelah
membaca doa yang dilafalkan setelah takbir keempat. Jika ia membaca doa sunnah
itu.
Bacaan
salam pada shalat jenazah ini persis seperti bacaan salam yang dibaca pada
shalat fardhu lima waktu. Selain itu, kesunnahan menghadapkan wajah ke arah
kanan pada saat bacaan salam pertama dan menghadapkan wajah ke kiri pada saat
salam kedua, juga berlaku dalam pelaksanaan shalat jenazah ini.
Dianjurkan
membaca salam secara sempurna:
اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalâmu‘alaikum warahmatullâhi wa barakatuh
Artinya:
Semoga keselamatan, kasih sayang, dan keberkahan dari Allah tercurah atas
kalian.
Demikian
penjelasan tentang rukun-rukun dan tata cara shalat jenazah.
Dengan
menjalankan shalat jenazah dengan cara-cara di atas, maka berarti kita telah
memenuhi standar keabsahan pelaksanaan shalat jenazah yang benar dalam mazhab
Syafi’i.







