
Di akhir zaman banyak penceramah dan ahli baca Al-Qur'an , tetapi sedikit Fuqaha’ (ahli Fiqih). Hal ini sebagaimana disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau:
إِنَّكُمْ قَدْ أَصْبَحْتُمْ فِي زَمَانٍ كَثِيرٍ
فُقَهَاؤُهُ، قَلِيلٍ خُطَبَاؤُهُ، كَثِيرٍ مُعْطُوهُ قَلِيلٍ سُؤَّالُهُ
الْعَمَلُ فِيهِ خَيْرٌ مِنَ الْعِلْمِ، وَسَيَأتِي [مِنْ بَعْدِكُمْ] زَمَانٌ
قَلِيلٌ فُقَهَاؤُهُ، كَثِيرٌ خُطَبَاؤُهُ , كَثِيرٌ سُؤَّالُهُ، قَلِيلٌ
مُعْطُوهُ، الْعِلْمُ فِيهِ خَيْرٌ مِنَ الْعَمَلِ
"Sungguh, saat ini kalian
hidup di mana banyak fuqaha’ (ahli fiqih), sedikit khuthaba’ (penceramah,
tukang pidato, orator), banyak yang memberi, dan sedikit peminta-minta. Setelah
kalian, akan datang zaman sedikit ahli fiqihnya, banyak penceramahnya, orang
yang memberi sedikit, sedangkan yang meminta-minta banyak. Saat itu manusia
lebih mementingkan ilmu dibanding amal." (HR. Ath-Thabarani dalam Mu'jam
Al-Kabir, No. 3111).
Hadis di atas dinyatakan dhaif
oleh Imam Zainuddin al-'Iraqi. (Takhrijul Ihya', Hal 14). Namun, ada yang
shahih sebagai ucapan Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu:
إنك في
زمان كثير فقهاؤه قليل قراؤه تُحْفَظُ فِيهِ حُدُودُ الْقُرْآنِ وَتُضَيَّعُ
حُرُوفُهُ قَلِيلٌ مَنْ يَسْأَلُ كَثِيرٌ مَنْ يُعْطِي يُطِيلُونَ فِيهِ
الصَّلَاةَ وَيُقَصِّرُونَ الْخُطْبَةَ يُبَدُّونَ أَعْمَالَهُمْ قَبْلَ
أَهْوَائِهِمْ وَسَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ قَلِيلٌ فُقَهَاؤُهُ كَثِيرٌ
قُرَّاؤُهُ يُحْفَظُ فِيهِ حُرُوفُ الْقُرْآنِ وَتُضَيَّعُ حُدُودُهُ كَثِيرٌ مَنْ
يَسْأَلُ قَلِيلٌ مَنْ يُعْطِي يُطِيلُونَ فِيهِ الْخُطْبَةَ وَيُقَصِّرُونَ
الصَّلَاةَ يُبَدُّونَ فِيهِ أَهْوَاءَهُمْ قَبْلَ أَعْمَالِهِمْ
Kalian (para sahabat nabi)
hidup di zaman banyak fuqaha’, sedikit qurra’ (ahli baca Al-Qur'an ), di zaman
ini terjaga hukum-hukum Al-Qur'an , hilang huruf-hurufnya (bacaan tidak terlalu
bagus), peminta-minta lebih sedikit dibanding yang memberi, shalatnya panjang
dan khutbahnya pendek, mereka mengutamakan amal-amalnya dibanding hawa
nafsunya. Akan datang zaman kepada manusia, fuqaha’nya sedikit, banyak ahli
baca Al-Qur'an , mereka hanya menjaga huruf-hurufnya tapi luput dari menjaga
hukum-hukum syariat yang ada pada Al-Qur'an , peminta-minta lebih banyak
dibanding pemberi, khutbah mereka panjang tapi salat mereka pendek, mereka lebih
menampakkan hawa nafsunya dibanding amalnya. (HR. Malik, Dishahihkan oleh Al
Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Bari, 5/510). Imam Ibnu Abdil Bar berkata:
"Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dengan banyak jalur yang bersambung, bagus,
dan mutawatir." (Al Istidzkar, 2/363).
Riwayat ini merupakan pujian
dan keutamaan atas zaman dimana ahli fiqih, orang yang paham agama, lebih
banyak dibanding penceramah dan penghapal Al-Qur'an .
Imam Ibnu Abdil Bar
rahimahullah mengatakan, dalam hadis ini terdapat pemahaman adanya pujian untuk
zaman banyak fuqahanya, saat itu sedikitnya qurra, dan zaman tersebut telah
dipuji lewat lisan Rasulullah SAW . Sekaligus sebagai celaan atas kondisi yang
berubah yaitu banyak ahli baca Al-Qur'an , tapi sedikit amalnya.
Imam Ibnu Abdil Bar
rahimahullah mengatakan, dalam hadis ini terdapat pemahaman adanya pujian untuk
zaman banyak fuqahanya, saat itu sedikitnya qurra, dan zaman tersebut telah
dipuji lewat lisan Rasulullah SAW . Sekaligus sebagai celaan atas kondisi yang
berubah yaitu banyak ahli baca Al-Qur'an , tapi sedikit amalnya. (Baca Juga:
Dahsyatnya Akhir Zaman, Ini Pesan Ustaz Zulkifli Ali) Ini menjadi dalil bahwa
banyaknya ahli baca Al-Qur'an sebagai perubahan zaman dan itu tercela. Telah
diriwayatkan dari Hadis Nabi SAW : "Paling banyak golongan munafik dari
umatku adalah para qurra-nya." Ini pun menjadi dalil, bacaan tidak bagus
tidak apa-apa, asalkan dia menjaga syariat di dalamnya. Imam Ibnu Abdil Bar
juga berkata: Ini menjadi dalil bahwa hilangnya huruf-huruf saat melafalkannya
adalah tidak apa-apa, karena zaman disaat hilangnya huruf-huruf dilafalkan itu
telah dipuji, yang tercela adalah menjaga huruf-hurufnya tapi tidak menjaga
hukum syariat dalam Al-Qur'an . (Al Istidzkar, 2/363)
Apa yang disebutkan dalam
riwayat di atas sepertinya saat ini telah terjadi. Menjamurnya perhatian
manusia terhadap hapalan Al-Qur'an , dan bagusnya bacaan. Adapun bagaimana
menggali memahami hukum, syariat, hikmah, dan menjalankannya, kurang mendapat
perhatian. Serta banyaknya para penceramah, bahkan dadakan, tapi sedikit ahli
fiqih. Intinya adalah hilangnya keseimbangan, itulah yang dicela.







